Minggu, 25 Maret 2012

Tenun Khas Lombok

-->
TENUN CANTIK KHAS SUKARARE…..
 
Pulau Lombok yang merupakan Destinasi Pariwisata Indonesia, tidak hanya menyimpan sejuta pesona alamnya, tetapi juga berbagai macam kerajinan yang menarik. Kerajinan khas Lombok kini menjadi buah tangan yang membawa ciri khas yang berbeda dari daerah ini, salah satunya yang ada di kabupaten lombok tengah.

Kabupaten Lombok Tengah selain terkenal dengan keindahan alamnya juga memiliki aneka macam produk home industry yang unik dan mengagumkan, salah satunya yang ada di Desa Sukarare Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Desa Sukarare merupakan salah satu sentra kerajinan tenun khas lombok. Daerah ini terletak 25km dari Kota Mataram.

Perjalanan menuju Desa Sukarare kita tempuh selama  45menit dari Kota Mataram. Selama perjalanan kita bisa menikmati pemandangan hamparan sawah dan suasana pedesaan.
Memasuki kawasan Desa Sukarare deretan artshop dengan alat2 tenun dikiri dan kanan jalan terasa menyapa kedatangan kami. Y..masyarakat di desa ini mayoritas dapat menenun selain bertani.

Desa Sukarare yang memiliki luas 135,80 ha ini terbagi menjadi 12 dusun antara lain Dusun Belong Lauk dan Belong Daye. Uniknya di desa ini para kaum wanita diwajibkan untuk bisa menenun atau dalam bahasa sasak disebut nyesek. Keterampilan menenun merupakan warisan penting terutama bagi kaum wanita.

Hampir disetiap kabupaten/kota di Pulau Lombok kaum wanita memiliki kebiasaan menenun dan telah menjadi suatu tradisi masyarakat turun-temurun. Konon, wanita yang tak bisa menenun tidak diperbolehkan untuk menikah dan hal itu masih berlaku sampai sekarang.  kebiasaan menenun bagi kaum wanita didesa ini sudah mulai sejak umur 10tahun.

Beberapa pengrajin wanita terlihat sedang asik membuat tenun songket daerah ini. Sayapun terpesona dengan kepiawaian mereka dalam menggunakan alat tenun yang masih tradisional. tangan-tangannya terlihat lihai dalam memainkan  alat tenun tersebut. Para pengrajin wanita inipun sangat ramah kepada setiap tamu yang datang, mereka tak sungkan menceritakan bagaimana proses pembuatan tenun songket yang khas. hhmmm…ternyata untuk membuat satu tenun ini, membutuhkan waktu yang cukup lama yakni 1-2 bulan.

Setiap rumah yang ada disini mempunyai alat tenun, biasanya setiap hari terdengar suara irama tenun dari tiap rumah. hal ini yang menjadi daya tarik wisatawan dalam mengelilingi desa. Hhmm…tapi sayang saat kami datang suasana terlihat sepi, ternyata para kaum wanita sedang berada di sawah membantu kaum pria untuk memanen padi. menenun di desa ini merupakan pekerjaan sampingan kaum wanita selain bertani atau mengurus keperluan rumah tangga. Biasa pada saat musim tanam atau musim panen, mereka lebih memilih untuk membantu suami atau keluarga disawah.
 
Terdengar juga suara tenun yang sedang dihentakkan, sayapun tak ingin membuang waktu untuk melihatnya. Kebetulan mereka sudah pulang memanen padi sehingga dapat melanjutkan aktifitas menenun, setelah berbincang sayapun ditawarin untuk mencoba menenun.

Menenun ternyata memerlukan ketekunan dan konsentrasi. Para pengrajin dengan sabar mengajarkan saya menggunakan alat tenun ini sambil menjelaskannya. Sayapun duduk berselonjor, menyandarkan kaki pada bilahan kayu, mengepaskan pinggang pada sejenis alat yang dinamakan lekot, dan belajar memadukan warna dan corak pada setiap helai benang dan menghentakkannya menggunakan berere atau kayu. Berere inilah yang membuat irama saat menenun. Upss…ternyata cukup susah, pantas butuh waktu cukup lama untuk menghasilkan tenun songket sukarare yang cantik.

Di desa ini kita juga dapat melihat proses pembuatan songket mulai dari pemintalan benang. benang2 ini dipintal agar tidak kusut dan bisa lebih gampang digunakan pada saat menenun.proses ini juga memerlukan kesabaran

Dengan berbagai macam tenun songket sukarare yang unik dan cantik dapat memikat hati para wisatawan. Banyak wisatawan yang datang berwisata ke Desa Sukarare untuk membeli maupun melihat proses pembuatan tenun ini. Seiring perkembangan pariwisata dan budaya, tenun yang semula digunakan sebagai fungsi sosial bergeser menjadi berfungsi ekonomi, masyarakat yang awalnya menenun karena tradisi saat ini juga bisa menjadi sumber pendapatan mereka. Hal ini pun bisa menjadi icon pariwisata baru bahwa tenun khas lombok mempunyai keunikan dan sangat cantik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar